[Quotes] Kesatria, Putri, & Bintang Jatuh oleh Dee Lestari

(Cr: goodreads)

Judul : Kesatria, Putri, & Bintang Jatuh
Penulis : Dee Lestari
Series : Supernova ke-1
Genre : Fiksi (Romansa)
Jumlah halaman : 343
Tahun terbit: 2014 (1st publish 2001)
Penerbit: Bentang
ISBN 9786022911678

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Post kali ini saya tidak akan melakukan review terhadap buku ini, tetapi saya akan memberikan gambaran pikiran dan perasaan saya selama membaca buku ini. Saya sebenarnya tidak terlalu menyukai jalan cerita dan alur yang digunakan. Mungkin memang karena pemikiran saya tidak mampu menganalisa dan memahami tujuan dari penulis [bahasa kasarnya, otak saya tidak nyampe]. Buku ini sangat menggambarkan intelegensi tinggi yang dimiliki oleh penulis. Saya menyadari bahwa dibutuhkan pemahaman yang sangat mendalam dari penulis untuk mampu menuliskan beragam ilmu dan teori pada buku ini. Sebenarnya dengan usaha lebih besar saya bisa mencoba untuk mendalami ilmu-ilmu yang dipaparkan penulis, namun sains (kecuali psikologi) tidak memunculkan motivasi bagi saya. 

Walaupun begitu, saya merasa sayang jika saya tidak membagi beberapa bagian karya ini. Banyak petikan-petikan kalimat dari buku ini yang menurut saya dapat jadi bahan perenungan kita dalam memahami kehidupan. 


Sains ternyata tidak selamanya objektif. Sains, sering kali, harus subjektif 

Selama saya mendalami ilmu psikologi, memang inilah yang saya rasakan. Asumsi dasar sebuah penelitian pun adalah pengalaman seseorang yang bermakna subjektif. Even, setelah dilakukan pengujian berdasarkan banyak sample yang menurut statistik valid, hasilnya tetap saja subjektif karena asumsi dasarnya adalah pikiran manusia (yang subjektif). [Intermezzo: saya baru tahu jika sering kali itu dipisah dan selama ini saya selalu menulisnya disambung, maapkeun ya]

 

Kalau ditanya kenapa, jawabannya: supaya bisa tetap kangen. Tetap dibutuhkan usaha bila ingin bertemu satu sama lain.

Setuju, dengan begini juga kita bisa menguji komitmen dari pasangan kita. 

 

Tidakkah ada yang melihat? Betapa ketulusan bisa menjadi teramat konyol. Hasrat yang berlebih tanpa persiapan bisa berakibat fatal. Percaya membabi buta pada pihak asing bisa jadi senjata makan tuan. Strategi. Kemandirian. Itu dia kuncinya.

Saya kurang setuju dengan pernyataan ini. Ketulusan murni, tanpa embel-embel, tidak akan pernah konyol. Seorang yang melakukan ketulusan juga tidak mungkin menganggap perilakunya konyol. Mungkin yang dimaksudkan oleh penulis adalah ketulusan dari sudut pandang orang yang menerima, atau mungkin sudut pandang penulis/orang ketiga terhadap pelaku ketulusan. 


Abraham Maslow ialah penemu konsep psikologi transpersonal, yang didasari pada kerangka kerja idealis monistik (paradigma yang mengatakan bahwa otak dan pikiran berada di realitas yang sama) - footnote 

Nah, ini dia salah satu hal yang mungkin bisa jadi perenungan, terutama untuk saya. Selama ini, saya hanya menggunakan empat hirakri needs terbawah, kebutuhan fisik, rasa aman, love and belonging, dan esteem, dalam memahami manusia. Soalnya masalah-masalah calon klien saya biasanya berkaitan dengan keempat hal itu, jarang banget yang sampai ke aktualisasi diri. Sampai saat ini saya masih belum paham kalimat penulis mengenai Maslow. Tampaknya, yang dimaksudkan oleh penulis adalah hal yang berkaitan dengan aktulisasi diri. Jika ada yang mau menambah informasi, monggo.


Pengetahuan eksternal bersifat objektif, dan yang internal bersifat intuitif. Pada tahap ini ia mulai bersandar pada apa yang ada di 'dalam'

Ini adalah salah satu tahap tujuh respon otak dalam merespon chaos. Dari semua tahap itu, yang menarik perhatian saya adalah penjelasan mengenai tahap keempat, respon intuitif. Sekarang, yang saya lakukan saat ini, adalah respon intuitif. Mencoba untuk memahami diri dan dunia berdasarkan keyakinan-keyakinan yang saya miliki. Berkaitan dengan bagaimana kita memandang dunia internal kita. Kita mulai memiliki prinsip juga pada tahap ini. Jika ada yang mau mengoreksi, monggo.


Aku sekarang mengerti arti 'momen kini' yang para spiritualis maksud. Mereka bilang, masa lalu dan masa depan hanyalah distraksi, menarik kita ke dalam abstraksi mental yang tidak nyata. Tidak ada yang lebih penting daripada saat ini.

Well, hello mindfulness. Sepertinya prinsip ini sama dengan prinsip mindfulness, yang memang beranjak dari prinsip agama, terutama Hindu [menggunakan tahap-tahap doa/meditasi]. Untuk umat Kristen istilahnya adalah pengosongan diri/penyangkalan diri. Untuk yang penasaran dengan topik mindfulness bisa baca post ini.


Jadi, untuk apa kita menyesali masa lalu dan mencemaskan masa depan?

Nah, kalimat ini yang menjadi cara intervensi kami, penganut MBCT, dalam membantu klien. Memang tidak segampang itu, Ferguso. Sulit sekali, dengan kebiasaan berpikir autopilot kita, namun bukan berarti tidak mungkin. Kuncinya adalah latihan. 


Hidup memang tidak boleh kehilangan makna

Setuju sekali saya. Ini merupakan salah satu cara mencapai kebahagiaan. Temukan makna eksistensi kamu sebagai manusia. Cara menemukannya tidak mudah karena banyak sekali hal yang bisa menjadi makna hidup kita. Entah itu agama, pola asuh, pendidikan, kebutuhan, relasi dengan orang lain, atau mungkin orang lain. Terlalu banyak hingga kita sering kali merasa overwhelming dan overthinking. Jika ada yang kebingungan, dapat dimulai dengan mengenali siapa diri kita (apa kelebihan, kekurangan, aktivitas yang disukai, minat, dll). Kalau masih bingung juga, hubungi psikolog.


Di dunia yang serbaseragam, ia ingin mencuri perhatian-Nya, sekalipun harus dengan cara mengumpat

Ketika baca kalimat ini, saya teringat masa-masa ketika saya mencoba menghindari Tuhan [iya impossible memang]. Mencoba untuk lari dan melakukan banyak dosa secara sengaja. Penyebabnya gara-gara pikiran sempit saya yang merasa bahwa Tuhan tidak menolong. Untungnya masa itu sudah terlewati.


Di teras belakang menghadap kebun mungil, mereka berdua bercakap-cakap seperti sahabat lama. Kadang-kadang serius, kadang-kadang konyol. Terkadang kening keduanya berkerut-kerut, tapi ada kalanya mereka terpingkal-pingkal

Ini adalah kehidupan relasi ideal dan hingga saat ini saya jalani dengan orang-orang sekitar saya. Saya bisa merasakan kelegaan dari Ferre ketika ia menemukan makna hidupnya. [semoga calon husband juga bisa melakukan relasi ideal, amin!]


Aku rasa, Tuhan atau kekuatan agung apa pun itu, nggak akan memberi hadiah yang dangkal begitu. Menurutku, free will adalah kebebasan manusia untuk mengubah perspektif. Kamu jatuh miskin besok, apakah itu bencana atau berkat yang tersembunyi? Semuanya ada di tanganmu. Free will adalah kemampuan manusia mengubah konteks.

Ya. Tuhan memberikan kita kuasa. Ada hal-hal yang bisa kita kendalikan dan ada yang tidak bisa kita kendalikan. Menurut saya, satu hal yang sangat luar biasa namun sering dianggap cemen, yang bisa kita kendalikan adalah pikiran sendiri. Jika kita bisa mengendalikan pikiran kita, saya rasa banyak dari kita yang sudah mencapai aktualisasi diri.

Dan yang terakhir,

"Sinkronitas!" Dimas berseru, takzim. "Carl Jung benar-benar memberikan istilah yang pas, ya?" Reuben tersenyum.

Ketika saya menyadari bahwa buku ini berisi banyak ilmu, termasuk psikologi, saya mewanti-wanti dimana Jung akan muncul. Saya berpikir bahwa teori yang Jung ungkapkan pastinya sangat cocok dengan penulis. Ternyata, muncul juga di bagian belakang. Ya, teori Jung adalah hal yang paling sulit saya pahami. Terbatas memang kapasitas otak saya jika sudah diberi hal-hal berbau filsafat. 

Begitulah kira-kira quotes yang mengena di hati saya. Cukup mendalam 'kan ya? 

Selamat merenung, semoga ocehannya bermanfaat 😃

ᐯᗩᑭ

Komentar