Banyak hal di kehidupan kita yang tidak dapat kita kendalikan, sepeti kehidupan dan kematian, cuaca dan bencana alam, keputusan atasan kita atau perasaan pasangan kita. Kita mungkin dapat mempengaruhi dan memodifikasi situasi tertentu, tetapi kita tidak dapat mengendalikannya secara penuh atau mengikuti apa yang kita mau.
Kendali kita hanya sebatas pada apa yang ada dalam diri kita, pikiran, emosi, nafsu (dorongan), fisik, dan dunia internal kita. Permasalahannya adalah banyak orang berusaha untuk mengendalikan hal diluar diri mereka. Lalu, ketika usaha tersebut gagal, hal negatif bermunculan, seperti cemas, galau, frustrasi, dan beragam respon negatif yang membuat orang menjadi tidak sehat mental. Permasalahan ini pernah saya ungkapkan dalam artikel Doing Mode vs. Being Mode.
Dalam artikel ini, saya akan memaparkan teknik yang dapat digunakan dalam mengatasi permasalahan diatas, yaitu teknik mindfulness. Mindfulness merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk mengendalikan pemikiran doing mode seseorang dengan memberikan pengajaran pemikiran being mode.
Mindfulness is paying attention in a particular way: on purpose, in the present moment, and non-judgmentally -Kabat Zinn, 1994
Definisi ini menggambarkan teknik yang akan kita pelajari, yaitu teknik melakukan atensi [hal ini sangat sulit dilakukan, terutama bagi kita yang selalu berpikir/overthinking]. Atensi mindfulness memiliki tujuan yang jelas dan disadari oleh kita bahwa hal tersebut terjadi saat ini. Pernah ngga sih, kalian melamunkan sesuatu, merasa diikuti oleh masa lalu, atau timbul pikiran yang tidak diundang tiba-tiba? Nah, itu contoh atensi yang tidak mindfulness. Jika kalian mindfulness, hal ini tidak akan muncul karena kalian memberikan atensi pada tujuan yang terjadi saat ini.
Selain tujuan yang jelas dan disadari saat ini, hal penting lainnya dari mindfulness adalah tidak melakukan penilaian terhadap tujuan tersebut. Kita memiliki kebiasaan untuk memberikan bobot penilaian terhadap suatu hal. Menilai baik atau buruk, positif atau negatif. Melalui minfulness kita akan belajar untuk melihat hal secara netral dan tidak melakukan penilaian. Lebih dalam lagi, ketika kita mampu melihat hal secara netral, pikiran kita menjadi lebih luas dan akhirnya memunculkan banyak solusi. Selain itu juga dengan berpikir netral, kita lebih mampu menerima kondisi kita saat itu.
Ada tujuh komponen utama dari minfulness, salah satu yang sudah saya jelaskan yaitu non-judging. Ketujuh komponen ini berisi sikap-sikap yang harus kita lakukan jika kita ingin mencapai kondisi mindfulness. Enam komponen sisanya adalah patience (kesabaran), beginner's mind (pemikiran polos), trust (rasa percaya), non-striving (tidak menginginkan atau mengerjar sesuatu), acceptance (penerimaan), dan letting go (melepaskan). Kata-katanya keren-keren kan? Pasti kalian sering menemukan kata-kata ini dalam quotes untuk mengatasi masalah atau menghadapi masa lalu [biasanya sih mantan 😒]. Jika kalian ingin memahami lebih dalam mengenai ketujuh komponen ini, kalian bisa menyimak seminar online ini [21:41].
Mindfulness ini banyak sekali manfaatnya. Biasanya yang paling sering ditemukan adalah dalam menangani permasalahan-permasalahan mental seperti masalah adaptasi, kecemasan, depresi, binge-eating (Baer dkk., 2008), dan parenting (Hughes dkk., 2009). Mindfulness bermanfaat dalam bidang kesehatan, seperti menurunkan masalah insomnia (Heidenreich dkk., 2006), kelelahan kronis (Surawy dkk., 2005), permasalahan jantung, GERD, darah tinggi, dan berpengaruh terhadap pengobatan kanker (Foley dkk., 2010); bidang pekerjaan dan pendidikan.
Latihan mindfulness dapat dilakukan secara formal maupun informal. Latihan formal biasanya merupakan meditasi, biasanya dilakukan bersama dengan praktisi atau instruktur yoga. Meditasi yang dilakukan juga beragam, ada body scan, meditasi duduk, meditasi stretching dan lain-lain. Konsep meditasi ini biasanya tidak asing untuk teman-teman yang beragama Hindu. Saya sarankan dalam melakukan latihan formal, harus didampingi oleh yang ahli. Mengapa? Karena ahli dapat memberikan feedback terhadap jalannya latihan, jadi kita tahu apakah teknik yang dilakukan sudah benar atau tidak. Latihan yang bisa kita lakukan sendiri adalah latihan informal. Latihan ini biasanya kita sesuaikan dengan aktivitas kita sehari-hari. Misalnya, kita melatih atensi kita ketika makan dengan cara merasakan tekstur makanan menggunakan lidah kita, meresapi rasa makanan (manis, asin, gurih), merasakan kulit kita yang memegang sendok.
Banyak yang mengeluh bahwa hal ini susah dilakukan dan akhirnya mereka memilih menyerah. Salah satu sikap yang menurut saya penting dalam latihan ini adalah komitmen [semua bentuk latihan adalah komitmen]. Makanya, akan sangat baik jikalau sebelum melakukan latihan ini, kita membuat komitmen dan berjanji menjadikan minfulness sebagai gaya hidup kita.
Selamat merenung, semoga infonya bermanfaat 😃
ᐯᗩᑭ
Referensi:
Segal, Zindel V., dkk. 2013. Minfulness-Based Cognitive Therapy for Depression 2nd ed. New York: The Guilford Press
Komentar
Posting Komentar