Let's Play, Kiddo! (Parenting #1)

Jika kita berbicara mengenai perkembangan anak, tidak terlepas dari aktivitas bermain. Menurut Laila Qodariah, M. Psi., Psikolog, bermain merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan kesenangan tanpa memperhitungkan hasil akhirnya. Suatu kegiatan bermain memiliki suatu aturan pola yang dapat diramalkan (sesuai dengan kebiasaan/tradisi umumnya, cara, dan tahap perkembangan anak).

Bermain merupakan hal yang penting bagi anak dan aktivitas yang sangat spontan muncul karena naluri alamiah dari anak, sehingga pada titik tertentu anak mendapatkan kesenangan, kepuasan, dan bisa juga mengurangi distress pada anak. Bermain adalah aktivitas yang sifatnya fleksibel, dapat dilakukan dimana saja dan diatur waktunya. Hal ini dapat melatih kemampuan anak untuk adapatif. Aktivitas bermain juga mampu membantu proses asimilasi, merangsang kreativitas anak, dan  imajinasi anak. Selain itu, bermain mampu membuat anak tetap aktif, baik secara fisik, kognitif, dan melatih perkembangan sosio-emosinya. 

Bermain memiliki beberapa manfaat, menurut Psikolog Laila. Pertama, bermain dapat menstimulasi aspek perkembangan, seperti yang sudah diuraikan sebelumnya, yaitu perkembangan fisik, bahasa, kognisi, dan sosio-emosi. Kedua, bermain membuat anak dapat menyalurkan energi dan emosi negatif, berguna untuk release distress/ketegangan [yang ini pun saya rasakan sebagai seorang dewasa]. Ketiga, dengan bermain, anak-anak dapat mengembangkan ciri kepribadian, peran gender, dan peran sosialnya. Terakhir, bermain mampu menanamkan nilai-nilai dan standar moral pada anak. Situasi bermain membuat anak belajar bagaimana menerapkan perilaku dalam situasi tersebut kepada situasi lingkungan nyata di kehidupannya. 

Bagaimana perkembangan bermain pada anak?

Menurut Erik Erikson, setiap fase perkembangan merupakan fase dimana individu mencari identitas diri dalam tahap-tahapnya. Setiap tahap memiliki krisis yang harus dipecahkan oleh individu dan ketika individu mampu lulus dari krisis tersebut, individu ini memiliki identitas yang positif. Psikolog Laila memaparkan milestone bermain berada pada setiap tahap perkembangan ini [hingga tahap adults sekalipun]. Ia pun membuat tabel berdasarkan usia tahap perkembangan beserta jenis-jenis permainan (sensory/creative, physical, explanatory, social, dan symbolic) yang sesuai dengan usia.
 
Pada anak 0-2 tahun, sangat penting distimulasikan perilaku eksplorasi sehingga setiap jenis permainannya akan berkaitan dengan cara anak mengeksplorasi. Usia ini menekankan pentingnya trust dan otonomi. Anak diberikan kebebasan dalam mengeksplorasi lingkungannya. Berdasarkan pengalaman saya [yang baru 29 tahun], banyak orangtua yang khawatir dan overprotective terhadap anak pada usia ini. Perilaku orangtua seperti ini tentu saja menghambat terbentuknya kemampuan anak untuk melakukan eksplorasi dan menambah pengalaman mereka secara alami. Orangtua sebaiknya mampu membebaskan anak dalam mengeksplorasi lingkungannya, tentu saja dengan tetap berada dibawah pengawasan. 
Pada usia 3-4 tahun, anak dikembangkan untuk berinisiatif sendiri. Permainan pada usia ini menekankan pada aktivitas-aktivitas baru yang meminta anak agar dapat berinisiatif memulai. Misalnya, permainan play dough. Orangtua dapat memberikan play dough dan biarkan anak dalam menginisiasi menggunakan bahan play dough tanpa harus diberikan contoh. 

Kalau di zaman saya, permasalahan rendahnya inisiasi terlihat dari persamaan kami saat disuruh menggambar bebas. Gambar legend saya yaitu dua gunung yang menghimpit matahari. Anak usia 3-4 tahun juga dapat diberikan permainan yang sifatnya konstruktif, seperti lego.
(kiri: gambar legend saya)
Lalu, pada usia 5-12 tahun, anak mulai melakukan permainan-permainan yang memerlukan keterampilan (skill). Orangtua dapat memberikan permainan-permainan yang berkaitan dengan kreativitas seni, permainan kompetitif, hingga aktivitas rumah tangga. Pada usia ini anak-anak menghadapi tugas perkembangan yang memuncul perasaan mampu sehingga jika terhambat, anak-anak akan mengalami perasaan inferior. Jika hal ini terus terbawa hingga dewasa, menjadi seorang yang tidak percaya diri dan selalu mengembangkan perasaan insecure [Term of Insecure]. 
(kanan gambar anak zaman now; Photo by freestocks on unsplash)

Apa saja jenis-jenis permainan anak yang bermanfaat:
1. Sensorimotor. Permainan ini mampu mengembangkan kepekaan indra (visual, auditif, taktil, dan rasa) anak dan mengembangkan motorik halus (menggenggam, meremas, menjumput). 
Misalnya biarkan anak bermain dengan air,

2. Permainan Kreatif. Anak akan diberikan beragam media dan bebaskan anak dalam menciptakan sesuatu. Bermain ini mengembangkan keterampilan motorik halus, inisiatif, merangsang kreativitas, imajinasi, dan melepaskan ketegangan. 


3. Physical Play. Permainan yang melibatkan gerak tubuh seperti permainan kejar-kejaran, bola, dan lain-lain. Permainan ini meningkatkan kebugaran fisik, melatih keterampilan motorik kasar, mengembangkan otonomi, melatih kompetisi dan kerjasama. 


4. Exploratory Play. Permainan yang melibatkan aktivitas mengeksplorasi sains, teknologi, memasak, dan aktivitas lainnya bertujuan dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan. Aktivitas ini memberikan kesempatan anak untuk melakukan eksplorasi terhadap hal-hal baru, mengembangkan inisiatif, dan berlatih untuk mengikuti aturan. 


5.  Permainan dengan aturan. Permainan ini melibatkan aturan dalam aktivitasnya seperti permainan monopoli, scrabble, atau board games. Aktivitas ini mengembangkan kemampuan komunikasi anak, pembelajaran dalam memahami standar moral, peran sosial, dan merangsang kemampuan kognitif baru seperti aritmatika, memori, perbendaharaan kata, dll. 


6. Symbolic Play. Merupakan permainan yang melibatkan aktivitas bermain peran, misal bermain menjadi ayah/ibu. Permainan ini menambah kesempatan anak untuk bereksplorasi, berkomunikasi, belajar mengenai standar moral, dan peran sosial. 

Lalu, bagaimana peran orangtua dalam bermain bersama anak?
Menurut Psikolog Laila, permainan dengan anak dapat dilakukan secara terstruktur (structured) atau tidak (unstructured). 
Secara terstruktur, berarti orangtua membuat rancangan permainan berdasarkan tujuan tertentu. Tujuan dapat disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan anak saat ini. Didalamnya terdapat instruksi dan perlu didampingi oleh orangtua. Biasanya dilakukan selama 15-30 menit/hari. 
Tahap-tahap yang perlu diperhatikan ialah tahapan persiapan, tahapan aksi, dan tahapan apresiasi

Pada tahapan persiapan, orangtua menetapkan tujuan dan melakukan persiapan materi/media permainan. Dalam tahap ini, orangtua diwajibkan untuk melibatkan anak. 

Pada tahapan aksi, orangtua mendampingi dan menikmati proses permainan bersama anak. Orangtua mengamati keterampilan apa saja yang sudah dicapai dan hindari melakukan interupsi saat anak sedang bermain.  

Lalu, pada tahap akhir, orangtua memberikan apresiasi dan pujian yang spesifik juga konkrit sesuai dengan kemampuan apa yang telah dicapai anak. Pada tahap apresiasi juga, orangtua dapat menyimpan produksi/karya/catatan dari permainan yang dilakukan. 

Sedangkan, secara tidak tersrtuktur berarti orangtua tidak perlu membuat rancangan atau tujuan tertentu. Anak dapat bebas memilih permainan, berkreasi, dan berimprovisasi. Biasanya dilakukan selama 45-60 menit/hari, untuk balita tidak ada batas waktu bermain. 

Psikolog Laila Qodariah memberikan 7 kunci parenting dalam bermain
P-A-R-T-N-E-R

P : Presence (hadir terlibat penuh dengan anak)

A : Acknowledge (menerima dan menghargai hasil kerja anak)

R : Routine (dilakukan secara kontinu dan menerus)

T : Time management (menentukan waktu yang jelas)

N : Nourishing (menciptakan suasana permainan yang membuat anak growth)

E : Environment (lingkungan yang aman dan mendukung/care)

R : Respect (hargai setiap usaha anak, sekecil apapun itu)

Informasi cukup menancap di kepala saya dari materi yang dibawakan oleh Psikolog Laila adalah pentingnya apresiasi dan perasaan aman anak dalam bermain. Hindari suasana permainan yang menuntut dan berujung membuat anak merasa tidak nyaman. 

Semoga infonya bermanfaat, selamat merenung 😃

ᐯᗩᑭ


Referensi: Sabtu Bersama Perkembangan "Artful Parenting" - Fakultas Psikologi Unpad oleh Laila Qodariah, M. Psi., Psikolog.




Komentar