Doing Mode vs. Being Mode



Segal, dkk. (2013) mengungkapkan bahwa kita memiliki pola aktivitas pikiran/mental tertentu. Ia menyatakan, terdapat dua mode utama dimana pikiran melakukan aktivitas tersebut, yaitu doing dan being mode. Kedua mode pemikiran ini digunakan oleh kita untuk merasakan dan memandang dunia [bahasa kerennya experience the world].

(Cr: Canva edited by VA)


"Mari kita perhatikan gambar diatas!" [Kata-kata keluar dari textbook.]

Saat seseorang melihat benda yang ditengah (kotak kecil yang berisi gambar buku dan vas), sebagian orang akan memandang seperti kolom kiri (yang berisi gambar buku-buku di lemari, warna pink, vas-vas dengan berbagai bentuk, dan tanaman yang serupa dalam vas), dan sebagian lagi akan memandang seperti kolom kanan (sama persis seperti gambar yang ditengah). Gambar ini merupakan analogi yang baik untuk menggambarkan cara berpikir doing (kolom kiri) dan being (kolom kanan).

Doing mode merupakan cara berpikir yang digunakan untuk menyelesaikan suatu permasalahan atau dalam mencapai tujuan (goals) yang telah ditetapkan oleh pikiran. Tujuannya mungkin berhubungan dengan dunia luar atau bisa juga dunia internal personal kita. Biasanya, strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan adalah menggunakan strategi discrepancy monitor. Discrepancy monitor adalah proses yang secara terus menerus memantau dan mengevaluasi diri/situasi saat ini terhadap standar tertentu. Strategi ini dimulai dengan membuat gagasan tentang apa yang kita inginkan untuk terjadi, dan bagaimana seharusnya terjadi. Setelahnya, kita akan membandingkan perbedaan antara realita dan standar kita. Jika ada kesenjangan (perbedaan), kita berusaha untuk menutupi kesenjangan tersebut. Ini menjadi masalah ketika kita terus menerus berusaha untuk menutupi kesenjangan, terobsesi akan hal tersebut.
Doing mode bermasalah? Tidak. Doing mode membantu kita melakukan problem solving, belajar. Bermasalah ketika kita terus menerus mengaktifkan doing mode walaupun cara tersebut tidak berhasil untuk menutupi kesenjangan. Kalau gagal, terus kita kecewa dan merasa frustasi [Nah, muncul tuh emosi negatif]. Bagaimana kalau hal ini kita lakukan berulang-ulang? Rasa frustasi dan kecewa makin kuat intensitasnya. Lama-lama muncul rasa tidak percaya diri, merasa tidak mampu, dan insecure [say hi to insecure]. 

Untuk yang pernah baca "Cemas atau kecemasan?", mungkin tidak asing dengan hal yang berulang-ulang ini. Right! Its ruminative thinking. Ruminative thinking adalah bentuk dari doing mode yang tidak adaptif (Segal. 2013).  Salah satu contoh kata-kata yang biasa kita ucapkan dan tidak disadari bahwa itu adalah doing mode yang tidak adaptif adalah "seharusnya":
"Saya seharusnya tidak mengatakan hal itu."
"Saya seharusnya tidak berperilaku seperti itu."
Ciri lainnya dari doing mode yang bermasalah adalah cepat dalam melakukan judgement. Judgement baik untuk konteks situasi tertentu (melakukan antisipasi), tapi sangat buruk jika dilakukan secara otomatis dan tanpa pertimbangan [ini nih, yang suka jadi penyebab keretakan/perkelahian dalam rumah tangga].

Terus, bagaimana cara untuk mengatasi pemakaian doing mode yang tidak adaptif ini? Menggunakan mode pemikiran satunya lagi, being mode. Being mode ini berkebalikan dengan doing mode. Mode pemikiran ini tidak terpaku dalam pencapaian tujuan. Fokus mode ini adalah accepting dan allowing. Jadi tidak ada evaluasi, standar, atau judgement. Yang penting adalah peristiwa yang kita alami saat ini dan let it flow. Kalau kalian pernah ikut meditasi atau yoga, mereka menggunakan prinsip being mode. Bukan mengosongkan pikiran ya, tetapi membersihkan pikiran dari mind wandering (melamun memikirkan sesuatu).  Dibawah ini merupakan perbedaan antara being mode dan doing mode. Kalau ada yang mau tanya terkait tabel ini , kalian bisa tanya lewat comment ya.

(cr: semanticscholar.org)



Ini salah satu video yang menjelaskan mengenai dong mode dan being mode :


Pada menit ke 3:55, ia menjelaskan doing mode bukan berarti kita bertindak (action) melakukan sesuatu, tetapi lebih mengenai aktivitas pikiran kita. Walaupun kita tidur-tiduran tetapi pemikiran kita tetap bekerja, itu berarti kita melakukan doing mode. Berkebalikan juga dengan being mode. Being mode dapat terjadi ketika kita melakukan bertindak (action) melakukan sesuatu. Misalnya, saat kita mengetik di komputer, mengobrol, atau membaca. Esensi dari being mode adalah kita dapat mengerahkan fokus terhadap aktivitas yang dilakukan. 

Kedua bentuk mode pemikiran ini baik adanya jika digunakan dengan tepat dan seimbang. Jadi, kita harus lebih paham kapan harus menggunakan doing mode dan kapan menggunakan being mode. Kalau saya biasanya menggunakan being mode ketika ada situasi-situasi yang tidak dapat saya kendalikan, salah satunya masa-masa #WFH #dirumahaja. Pandemi ini tentu diluar kendali kita [virusnya ngga bisa tangkep terus kita masukkin kandang] makanya yang dapat kita lakukan adalah being mode dan terus berdoa. 

Semoga infonya bermanfaat, selamat merenung :)
ᐯᗩᑭ


Komentar