Are You Brave Enough?

Scared is what you're feeling. Brave is what you're doing ...
(Cr: Pinterest Christian Quotes)

Kemarin, Minggu saya mengikuti ibadah online yang bertema Keberanian Menjalani Hidup (Yoh 14:1-14). Saya rasa tema ini sangat penting dalam situasi yang menggelisahkan saat ini, yaitu situasi Pandemi Covid-19. Hal yang membuat saya tertarik dari ayat pertama pada Injil Yohanes 14 ialah bagaimana Tuhan Yesus memberikan motivasi kepada kita untuk tidak cemas dan terus mempercayai Tuhan. 
"Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku"
Secara pribadi, saya merasa damai dan tenang ketika menemukan ayat-ayat yang mengungkapkan kepada kita untuk jangan gelisah atau jangan takut. Saya adalah orang yang memiliki kecemasan dengan intensitas yang cukup kuat dan seringkali kata-kata Tuhan Yesus membuat saya tenang. Saya membayangkan Tuhan Yesus berkata, "Jangan gelisah Vanessa, you have Me! :)" dan Ia tersenyum kecil, seperti menganggap segala kesulitan yang kita hadapi hanya secuil

Siapa yang tidak cemas dan ketakutan di tengah pandemi ini? Seharusnya tidak ada [bisa dibaca sekilas post saya mengenai hal ini]. Kegelisahan dialami oleh banyak pihak dari beragam status sosial, seperti pekerja bidang kesehatan, karyawan, pengusaha sekaligus pemberi kerja, pemerintahan, dan banyak bidang lainnya. Di tengah-tengah lingkungan ini pun timbul ketakutan untuk menolong orang lain. Contohnya, ada komisi di gereja yang harus berpikir berkali-kali bagaimana cara memberikan sumbangan kepada kaum papah secara langsung karena adanya kebijakan-kebijakan mengenai social distancing dan PSBB. Ketakutan-ketakutan yang seperti ini yang terkadang menghambat kita untuk berani hidup seperti cara Tuhan. 
Melalui ibadah online ini, Pdt. Nathanael S., membagi keberanian menjadi dua kategori, yaitu berani untuk mati dan berani untuk hidup. Nah, yang akan saya tulis adalah mengenai keberanian untuk hidup, sesuai dengan pemaknaan bacaan Yohanes 14 ini. Dimana Tuhan Yesus meminta murid agar berani menjalani kehidupan. Seperti yang kita tahu, saat itu murid-murid sedang gelisah karena teror dari Bangsa Yahudi dan Bangsa Romawi [tolong koreksi ya kalau salah]. Selain kegelisahan karena teror, murid-murid juga mengalami kegelisahan karena adanya suasana perpisahan yang dilakukan Tuhan Yesus dengan murid-murid [Tuhan Yesus akan meninggalkan murid-murid untuk naik ke sorga]. Ayat pertama menjadi ayat penuh dukungan dan motivasi bagi para murid dari Tuhan Yesus untuk mereka. 

Pada ayat kedua, motivasi yang diberikan oleh Tuhan Yesus adalah janjinya untuk menyediakan tempat bagi kita disisi-Nya dan menyatakan kuasa-Nya bahwa Ia mampu memberikannya asal kita memiliki iman yang teguh. Ini membuktikan bahwa iman yang terbentuk dalam diri kita bukan iman biasa. Iman ini dibentuk karena kita mengalami janji yang telah ditepati Tuhan "kebangkitan Yesus dan kenaikan di sorga juga pemberian tempat bagi kita disisi-Nya." Bukan iman ecek-ecek tanpa pembuktian ya, yang tanpa landasan keyakinan ambigu atau ketidakjelasan. 
Saat kita hidup berdampingan dengan Tuhan Yesus, bukan berarti hidup kita mulus kaya kulit-kulit aktris Korea loh, malah akan banyak rintangan dan kesulitan. Tetapi yang harus digarisbawahi, di-bold-italic, dan di-highlight adalah Tuhan akan selalu berada di sisi kita; apapun yang terjadi, dimana pun, kapan pun, dan siapa pun kita. Masalahnya, seringkali kita lupa kenyataan ini. Analogi yang diungkapkan oleh Pdt. mengenai badai yang dihadapi murid-murid saat berlayar bersama Tuhan Yesus sangat tepat dalam menggambarkan kebiasaan kita ini. So, dont scare and be brave.

Lalu bagaimana cara berani menjalani hidup? Semua ada kok di alkitab, hidup mengikuti cara Tuhan Yesus. [Tau kali, tapi kan susah]. Saya tahu, hal ini akan sangat susah dijalani karena banyak dari kita ketakutan mengemban tanggung jawab yang berat seperti ini. Banyak dari kita juga tidak percaya diri, merasa lemah, dan tidak mampu; masih ingin mengikuti keinginan-keinginan duniawi. Saran saya, perbanyak komunikasi dengan Tuhan, minta Roh Kudus, dan selalu rendah hati, guys. Walaupun merasa gagal, dont stop! Do it again, and again, and again, until you die. :)
Beberapa contoh perilaku yang mungkin bisa dilakukan di tengah pandemi ini:
  • menyebarkan informasi-informasi positif (melalui social media); 
  • berbagi dengan orang-orang yang tidak mampu;
  • meluangkan waktu berbelanja kebutuhan bagi orang yang mungkin tidak mampu seperti lansia, orang yang sakit, atau orang disabilitas [makanya, kita harus menghargai pengantar barang ataupun ojek online yang mau melakukannya];
  • berusaha untuk tidak melakukan PHK terhadap karyawan.
dan masih banyak hal lainnya.

So, are you brave enough and ready to do what Jesus has done? 
Selamat merenung :)
ᐯᗩᑭ


Komentar