Dosa Khas



Apakah kalian tahu bahwa setiap manusia memiliki ciri khas dosa tertentu? Saya baru tahu setelah saya membaca buku The Me I Want To Be karya John Ortberg. Ia merupakan seorang pendeta sekaligus seorang doktor dalam bidang psikologi klinis. Ia mengungkapkan bahwa manusia memiliki dosa khas. Dosa unik. Dosa yang membedakan kita dengan setiap orang. Tidak akan ada orang berdosa persis sama saat seperti kita berdosa. Dosa khas ini berkaitan dengan karunia dan minat terbesar kita. Harapannya, saat kita mampu memahami pola dosa, kita juga mampu membantu diri kita sendiri menghadapi hambatan untuk semakin mengalami hadirnya Roh Kudus.  

(Photo by me)

Konsep dosa khas ini merupakan invention yang sangat menarik perhatian saya. Ini dimulai oleh Michael Mangis pada tahun 2008 melalui bukunya yang berjudul Signature Sins. Sebenarnya, tujuan dari pemahaman dosa khas ini memiliki konsep dasar yang sama dengan prinsip intervensi yang saya dalami, yaitu self-awareness. Dimana kami berusaha untuk membantu klien menghadapi masalah dengan kesadaran mereka terhadap dinamika kepribadian yang terjadi dalam dirinya. Ternyata konsep ini dapat diterapkan dalam kehidupan spiritual kita. Saat kita menyadari pola yang membuat kita terus masuk ke dalam dosa yang sama, kita dapat mengantisipasi dan berusaha menjauhi diri kita dari dosa khas tersebut.


Suatu pencobaan yang kita alami, bukan bermula dari hal-hal yang berlawanan dengan nilai-nilai kita, malahan mereka sangat dekat dengan nilai-nilai tersebut. Hal ini dilandasi gagasan bahwa kehidupan kita memiliki pola, hubungan, temperamen, dan karunia tertentu yang unik bagi kita. Pencobaan tertentu membangkitkan kesulitan khusus bagi kita dan beberapa dosa mungkin lebih memikat dari yang lain. Jika saya dan orang lain bersama-sama bergumul dengan dosa kekhawatiran, saya mungkin terpicu oleh penyebab dan melampiaskannya dengan cara yang berbeda dengan orang itu. Dosa yang kita lakukan terjadi bukan karena hal random. Dosa yang kita lakukan memiliki pola yang konsisten dan dapat ditebak. 

Pencobaan dimulai sangat dekat dengan hasrat dan kerinduan yang Allah tanamkan dalam diri kita dan berusaha menyimpangkannya beberapa derajat - Ortberg (2010)

Pola dosa yang kita lakukan begitu khas sehingga dapat digunakan untuk mengenali diri kita. Kita dapat membuat profil dosa kita dan orang-orang sekitar yang dekat dengan kita mungkin menyadari pola dosa tersebut. 

POLA DOSA KITA BERKAITAN DENGAN POLA KARUNIA KITA

Misalnya, orang ekstrover yang dapat menggugah dan mendorong semangat, dapat rentan untuk bergosip. Orang yang suka belajar merasa unggul, berbicara merendahkan orang lain. Mereka yang bersifat spontan dan bergairah, kesulitan untuk mengendalikan impuls. Optimis bisa mengarah kepada penyangkalan. 
Mangis (2008) memaparkan sembilan pola dosa, dengan memakai sistem enneagram. Hal ini membantu kita untuk mengetahui kira-kira, tipe pola dosa mana yang paling mendekati penggambaran diri kita [konsepnya hampir sama dengan tipe kepribadian]. Kita bisa menanyakan pada orang-orang sekitar apakah penggambaran yang kita simpulkan sesuai dengan pengamatan mereka. Lalu, bagaimana implikasinya dan mengatasi dosa khas ini dalam kehidupan sehari-hari kita. Kesembilan pola itu adalah sebagai berikut:

REFORMER
Kelebihan : hidup dengan standar yang kuat akan apa itu yang baik, mulia, dan indah. Mengajak orang lain untuk menjalani kehidupan yang lebih baik. 
Kekurangan : dapat bersikap congkak bila tidak mengalami penebusan. Memilliki standar tinggi yang dapat menimbulkan rasa tidak mampu yang tersembunyi. [Orang sombong pada dasarnya rendah diri].
Contoh tokoh : Nabi Amos

PELAYAN
Kelebihan : mewujudkan kasih dalam tindakan. Memiliki sikap mementingkan orang lain yang alamiah sehingga orang merasa dipedulikan.
Kekurangan : dapat menggunakan "bantuan" sebagai cara memanipulasi. Terkadang keliru mengartikan ke-hamba-an sebagai ketakutan atau citra diri yang rendah [so meeee...]
Contoh tokoh :Marta

PENAKLUK 
Kelebihan : memiliki hasrat untuk bertumbuh. Memiliki kemampuan untuk menyelesaikan banyak hal dan menambahkan nilai pada kehidupan dan dunia sekitar.
Kekurangan : memiliki pencobaan yang terpaku pada kesuksesan pribadi. Kadang-kadang menggunakan orang lain untuk mendapatkan sambutan atau pengakuan.
Contoh tokoh : Salomo
 
SENIMAN
Kelebihan : mencintai keindahan dan kebaikan. Membawa imajinasi dalam kehidupan, kisah, dan iman.
Kekurangan : kebutuhan untuk menjadi berbeda. Dapat tergoda untuk menyerah pada impuls dan menjalani kehidupan yang tidak disiplin [so meee.. again]
Contoh tokoh : Raja Daud

PEMIKIR
Kelebihan : penjelajah, penemu, dan pecinta logika. Memiliki hasrat yang kuat untuk berdiri bagi kebenaran.
Kekurangan : memiliki keyakinan bahwa dirinya paling benar dan membawanya kepada keangkuhan. Dapat terjerumus untuk menarik diri dari hubungan dan kasih.
Contoh : Rasul Paulus

LOYALIS
Kelebihan : setia dan dapat diandalkan ketika kondisi tidak baik. Senang menjadi bagian dari tim yang hebar.
Kekurangan : rentan pada skeptisme dan sinisme. Ketika terancam akan mengucilkan diri karena rasa takut
Contoh : Elisa

ANTUSIAS
Kelebihan: memiliki kapasitas besar untuk bersukacita dan mengungkapkan dorongan emosi. Memiliki antusiasme yang menular pada orang lain.
Kekurangan : dapat memiliki kebutuhan menjadi pusat perhatian. Memiliki kebutuhan untuk menghindari penderitaan, yang dapat membawa pada pelarian diri dari kenyataan atau kecanduan [another meee..]
Contoh : Rasul Petrus

KOMANDAN
Kelebihan : memiliki hasrat yang kuat untuk menegakkan keadilan dan kerinduan untuk memperjuangkan misi yang besar. Memiliki kharisma untuk memimpin dan menggugah orang lain.
Kekurangan : memiliki kebutuhan akan kekuasaan yang dapat membuat orang lain merasa dimanfaatkan. Kadang mengandalkan ketakutan orang dan intimidasi untuk mendapatkan apa yang diinginkan.
Contoh : Nehemia

PEMBAWA DAMAI
Kelebihan : memiliki kemampuan alamiah untuk mendengarkan dengan baik dan memberikan nasihat yang bijaksana. Memiliki gaya berhubungan yang luwes dan mudah membaur.
Kelemahan : memiliki kecenderungan untuk menepiskan masalah atau menghindari konflik. Pasif [yap! more more and more]
Contoh : Abraham

via GIPHY


Ortberg (2010) mengungkapkan pentingnya mempelajari potensi yang ada dalam diri untuk diaktualisasikan dan pola dosa yang berkaitan dengan itu, karena tidak ada orang yang lebih rentan daripada orang yang tidak memiliki kesadaran diri atau self-awareness. Seperti yang Tuhan Yesus katakan, seringkali orang hanya sibuk mencari selumbar di mata orang lain, namun gagal memperhatikan balok di matanya sendiri. Dosa khas merupakan "balok" itu, begitu dekat sehingga seringkali tidak terlihat. 
Setiap kategori bergumul dengan dosa dengan cara yang berbeda-beda. Mengetahui setiap kategori memiliki pencobaan masing-masing mungkin dapat menolong kita untuk mengurangi kecemburuan pada orang lain dan tidak menghakimi orang lain (Ortberg, 2010). Mengetahui dosa khas juga menunjukkan apa yang diperlukan untuk mengalami kehidupan rohani yang sepenuhnya. Kita perlu sadar akan resiko namun juga tahu bahwa kita sudah dirancang oleh Allah dengan hasrat yang kita miliki dan perkara yang baik. Hadirat Allah akan dirasakan sangat nyata ketika kita dapat mengungkapkan hasrat tersebut. Saya sebagai "pembawa damai" merasakan hadirat Allah nyata ketika saya melakukan konseling pada klien saya. Saya merasakan bagaimana Allah menggunakan kompetensi saya dan bagaimana hidup saya dapat menyatakan Allah ada di tengah-tengah kita.
Terakhir, mengetahui pola orang lain menolong kita untuk hidup dalam komunitas dengan lebih baik. Kita menjadi lebih sabar dan membantu sesama kita dengan kekurangan yang menjadi struggle mereka [pimpinan Roh Kudus tentu sangat berperan]. 

Ketika mengenal diri kita dan satu sama lain, ketika berjalan dalam kasih, kita leluasa untuk menjadi versi terbaik dari diri kita menurut Allah. Itulah kekhasan yang sungguh-sungguh kita inginkan - Ortberg 

Semoga infonya bermanfaat, selamat merenung 😃

ᐯᗩᑭ


Referensi: 
Ortberg, John. 2010. The Me I Want To Be. Bandung: Visipres
Mangis, Michael. 2008. Signature Sins: Taming Our Wayward Hearts. Downers Grove, IL : InterVarsity Press.

Komentar