mm
Halo kawan, ibu muda sering kali merasa bingung untuk melakukan stimulasi pada anak agar perkembangan anak sesuai dengan kemampuan yang seharusnya dimiliki anak pada usia tertentu. Yuk kita bahas mengenai perkembangan anak terutama perkembangan kognitif usia 0 – 24 bulan menurut Teori Piaget.
TAHAPAN PERKEMBANGAN SESNSORI MOTORIK
Tahapan awal
perkembangan kognitif adalah tahap sensori morotik, proses anak membangun
pemahaman terkait dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman sensoris seperti
melihat dan mendengarkan.
Masa
perkembangan anak baru lahir hingga 2 tahun (24 bulan) atau masa bayi. Piaget
mengutarakan jika perkembangan kognitif anak dilihat dari kemampuan bayi
mengorganisasikan sensasi melalui gerakan dan tindakan fisik, maka disebut
dengan perkembangan sensosi motorik.
“Selama masa
bayi, perkembangan mental ditandai oleh kemajuan kemampuan bayi untuk
mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi melalui gerakan-gerakan dan
tindakan-tindakan fisik, oleh karenanya disebut dengan sensoris motorik” –
Piaget, 1952
Permulaan dari perkembangan ini adalah gerakan
dan tindakan refleks yang kemudian di usia 2 tahun memiliki pola sensoris motorik
yang lebih kompleks. Ada enam subtahap yang dibahas oleh Piaget, apakah itu?
SUBTAHAP 1 : Refleks Sederhana (lahir – 1 bulan)
Adanya
perilaku reflekstif seperti menghisap ketika distimalasi dengan botol atau
puting, bisa gerak refleks ketika diusap pipi maka mulut mulai terbuka – kesan
ingin menghisap. Gerakan atau tindakan refleks lainnya seperti sedikit
memalingkan kepala ketika mendengar sesuatu dan lainnya.
Kawan, pada tahap
ini bisa menstimulasi anak dengan menata tempat tidur lebih menarik (seperti
gambar atau warna), sesekali ada musik, nyanyian, pembicaraan, atau bunyi lonceng.
Stimulasi ini diharapkan bisa membantu anak lebih banyak mengenali banyak hal
di lingkungannya.
SUBTAHAP 2 : Kebiasaan Pertama dan Reaksi Sirkuler Primer (1 – 4
bulan)
Perilaku
reflektif yang telah terpola dapat ditunjukan pada usia ini, kemudian membuat
suatu kebiasaan pada bayi. Misalnya, bayi terbiasa menggerakan mulut
(menghisap) jika didekatkan dengan botol atau puting namun ada juga bayi yang
di fase sebelumnya tidak distimulasi dengan botol hanya akan menggeran mulut
(menghisap) ketika ada puting. Stimulasi lainnya juga berkembang seperti
identifikasi suara, wajah, dan lainnya. Bayi juga mulai secara kebetulan
menemukan peristiwa yang menanrik sehingga mengulangi perilaku tersebut,
seperti menghisap jari atau mainan.
Di tahap ini
kita bisa menstimulasi bayi dengan ekspresi wajah, suara, mainan yang bisa
digenggam, mainan yang bisa berbunyi keita digerakan oleh bayi. Hal ini akan
menstimulasi wawasan serta reaksi yang perlu muncul pada satu situasi.
Misalnya, mainan yang dapat berbunyi kemudian ibu tersenyum melihat anak, bisa
membantu bayi mengerti jika mainan menyenangkan.
Bayi semakin
berorientasi pada benda di lingkungannya dan bergerak sesuai dengan
keinginannya dalam interasksi sensori motorik. Ia mulai bisa menirukan beberapa
tindakan sederhana seperti menarik orang dewasa, senyum, dan beberapa gerakan
sederhana.
Pada tahap
ini stimulasi bayi dengan benda-benda yang menarik (warna kontras, suara yang
berubah-ubah, tekstur yang berbeda, dan lainnya), bisa berupa maianan atau
benda yang aman untuk bayi. Stimulasi bayi dengan berbagai benda yang mudah
diraih serta aman untuk bayi, tujuannya memperluas wawasan bayi terkait
lingkungan sekitarnya.
SUBTAHAP 4 : Koordinasi Reaksi Sirkuler Sekunder (8 – 12 bulan)
Bayi mulai
bisa mengkombinasikan atau secara berulang mengkombinasikan peristiwa yang
telah dipelajari sebelumnya dengan terkoordinasi. Ia mulai bisa menggenggam
suatu benda secara serentak, menggerakan mainan, secara visual memeriksa mainan
(seperti melihat mainan kemudian menggerakannya lalu ia lihat kembali
mainannya) dan lebih tertarik dengan hal-hal baru disekitarnya. Misalnya, bayi
mengambil tongkat untuk menghasilkan suatu bunyi yang menurutnya menarik.
Di tahapanan
ini, kawan bisa menstimulasi bayi dengan meletakan benda yang menarik di samping
kemudian menunjukannya atau aktivitas lain yang membuat bayi lebih tertarik
untuk mengetahui benda tersebut. Kawan juga bisa menyediakan beberapa mainan
beragam untuk melihat keterarikan anak pada masa ini.
SUBTAHAP 5 : Reaksi Sirkuler Tersier (12 – 18 bulan)
Subtahap ini,
bayi semakin tergugah ketertarikannya pada berbagai hal yang ada di suatu benda
karena banyaknya hal yang bisa ia lakukan dengan benda tersebut. Misalnya, bayi
memainkan balok dengan disusun, dijatuhkan, diputar, atau ditabrakan ke benda
lainnnya.
Di tahapan
ini, kawan bisa menstimulasi bayi dengan menyembunyikan barang lalu mengajak
untuk menemukannya kemudian lihat reaksi bayi untuk mencarinya. Beberapa
stimulasi lainnya bisa dilakukan untuk mrangsang bayi berpikir serta menemukan
gagasan baru (sederhana).
SUBTAHAP 6 : Internalisasi Skema (18 – 24 bulan)
Pada tahap
terkahir ini fungsi mental bayi berubah dari murni sensori motorik menjadi
simbolis primitif. Piaget mengutarakan jika simbol primitif yang dimaksudkan
seperti skema peristiwa yang dipelajari bayi sebelumnya, baik yang pernah
dilakukan atau dilihat saja. Misalnya, anak tertarik membuka tutup pintu karena
sering kali melihat kita membuka dan menutup pintu tersebut.
Pada tahapan
ini, kawan bisa menstimulasi anak untuk hal-hal dasar yang baru serti mainan
ember dengan air, mainan di taman, dan lainnya. Kawan juga bisa mulai
menstimulasi anak untuk menyelesaikan masalah sederhana, bisa terkait dengan
mainannya. Izinkan anak melakukan beberapa permainan untuk mengindentifikasi
hal baru serta sediakan bahan untuk membantu anak memahami hal baru tersebut.
Oke, kawan kita sudah membahas nih tahapan perkembangan sensori motorik anak serta beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan kemampuan anak. Banyak permainan yang dapat menstimulasi perkembangan sensoris motorik anak serta kemampuan lainnya. Semoga bermanfaat.
Penulis :
Rianta M., M.Psi., Psikolog
Referensi :
Santrock, John W. 2002. Life-Span
Development Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Komentar
Posting Komentar