Setelah hampir sebulan lebih tidak membuat tulisan, akhirnya saya kembali menulis. Yap. Bulan ini cukup berat hingga hati tertutupi. Melakukan banyak dosa secara sengaja sebagai bentuk pemberontakan kepada Tuhan karena apa yang terjadi tidak sesuai dengan yang diinginkan. Saya sangat beruntung, Tuhan tidak meninggalkan saya dan menyentuh saya dengan orang-orang di sekitar. Beberapa kali saya tetap keukeuh keras kepala melaksanakan pemberontakan dan akhir bulan ini akhirnya hati saya terbuka.
Thanks God, for not leaving me behind. I love You so much
Post kali ini saya ingin menceritakan bagaimana memulihkan kembali impian yang tertinggal. Sudah lama post ini hanya berada di draft, dan akhirnya di kesempatan kali ini saya bisa membagikan pengalaman seseorang--dan sedikit pengalaman saya.
Impian seringkali menjadi harapan manusia. Impian juga bisa menjadi tujuan dan makna hidup kita. Ketika impianmu hancur, apakah yang biasanya terjadi?
Broken heart. Lost. Frustrated. Or maybe want to kill yourself.
Buat orang-orang yang mengalami ini, it's okay feeling that emotion for a moment. Apa yang kamu rasakan itu valid. Tidak ada yang salah dalam merasakan keterpurukan, we are human. Permasalahannya adalah ketika terlalu terpaku pada peristiwa yang membuat kita terpuruk. Yap. Seperti pengalaman saya sebulan ini. Impian-mu diambil dan merasa useless--kebetulan impianku menjadi orang berguna. Kita lupa bahwa itu adalah peristiwa, dimana punya banyak makna dan tentu saja kita mampu memaknakannya secara lebih baik karena Tuhan mengizinkan itu terjadi.
Dalam upaya kita mencapai impian, kita memiliki rencana-rencana. Semua berjalan dengan lancar, hingga akhirnya kita menemukan permasalahan dan impian kita yang sebentar lagi tercapai, atau sudah tercapai, hancur berkeping-keping. Harmony Grillo mengungkapkan bahwa apa yang terjadi pada impian kita dalam bentuk apapun tergantung kepada si pemilik impian. Bagaimana kita merespon akan menentukan apakah kita digerakan mendekat kepada impian atau menjauh.
Banyak orang lupa dan menggantungkan impian beserta harapannya terhadap sesuatu yang fana. Kita menggantungkan impian kita kepada pekerjaan, pasangan, keluarga, materi, atau diri kita sendiri. Semua itu sesuatu yang bisa hilang dan malah rentan. Sekalinya harapan itu hancur, kita merasa semua bagian diri kita pun lenyap. Cara mengatasinya? Gantungkan impian dan harapanmu kepada Tuhan.
Alkitab menyatakan dalam Amsal 13:12
Harapan yang tertunda menyedihkan hati, tetapi keinginan yang terpenuhi adalah pohon kehidupan
Harapan dalam Yesus merupakan sauh bagi jiwa kita. Kita tidak dapat mengubah atau mengendalikan peristiwa yang telah terjadi, namun kita dapat mengendalikan respon kita terhadap kondisi itu. Mungkin ini beberapa pertanyaan yang bisa ditanyakan kepada diri kita masing-masing: ke manakah harapanmu saat ini? Apakah harapanmu ada pada impian hidupmu? Atau apakah harapanmu ada pada Tuhan?
Semoga infonya bermanfaat, selamat merenung 😃
ᐯᗩᑭ
Komentar
Posting Komentar