Review Buku: Some Kind of Wonderful oleh Winna Efendi

 33543616. sx318

(Cr: goodreads)

Judul : Some Kind of Wonderful
Penulis: Winna Efendi
Genre: Romansa 
Jumlah halaman: 360 hal
Tahun terbit: 2017
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ISBN 9786020335551
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Liam adalah koki terkenal yang memilih untuk menetap di Sydney karena ingin lari dari kesakitan patah hatinya. Sedangkan Rory memilih menetap di Sydney karena tidak ingin meninggalkan kenangan yang ada di kota ini. Mereka bertemu di stasiun televisi, tempat dimana Liam melakukan show-nya sebagai koki dan Rory mencari uang sebagai pembawa acara FUN-TASTIC, variety show untuk anak-anak. Keduanya sama-sama sakit hati karena merasa ditinggalkan oleh orang-orang yang mencintai mereka. Keduanya sama-sama susah move on dari kubangan sakit hati itu. Perbedaannya, Liam berusaha untuk membangun hubungan baru dengan Rory, namun Rory tampaknya belum siap dengan hubungan tersebut. Liam tetap tidak menyerah dan berusaha untuk menyadarkan Rory. Tetapi, apakah Rory siap untuk disadarkan dan meninggalkan kenangan yang dimilikinya? 
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Hai, setelah sekian lama akhirnya saya buat post tentang buku. Winna Efendi merupakan penulis yang sudah tidak diragukan lagi cerita-ceritanya, mendalam dan full of meaning, right? Hal ini juga yang saya suka dari karyanya yang berjudul Some Kind of Wonderful. Saya memang suka tipe buku seperti ini. Buku yang kalau dibaca, semakin banyak menemukan makna hidup, makin banyak menemukan pemikiran dan ide, dan makin banyak keterlibatan empati [craving it so much]. Pada saat saya membaca buku ini, saya melihat bahwa penulis berusaha untuk menyampaikan kesedihan dari kedua tokoh. Penulis juga mampu untuk memperlihatkan keunikan pada kedua tokoh tersebut.
Sebenarnya, waktu membaca buku ini saya hampir menyerah, karena nuansa kesedihannya terlalu kuat. Itu hanya masalah selera, saya tidak suka nuansa kesedihan dan pengasihan diri yang kental pada cerita. Lalu, pada pertengahan plot menuju akhir, Liam mampu mengubah selera saya [Thanks, Liam]. Melalui Liam saya mampu melihat keinginannya untuk berubah, naik dari kubangan sakit hatinya, and that's what makes me fall in love with him. Tokoh yang mengalami self-awareness dan melakukan penyelesaian masalah dengan keren merupakan hal yang membuat saya mudah jatuh cinta, that's work in every book, even in this real life. Ini juga menjadi bagian favorit dari karya ini. 
"Ah, bukankan hidup memang seperti itu? Kesalahan, penyesalan, pembenaran--sebuah siklus yang tak pernah berakhir. It's all the ugly and wonderful things colliding at once, dan kita semua terperangkap di dalamnya. Justru karena itulah kita terus hidup, untuk menunggu ke mana ia akan membawa kita selanjutnya."

MANTAP! Saya selalu mudah amaze dengan para penulis dan orang-orang yang mampu memiliki pemikiran yang mendalam tentang hidup [saya tipe ENFP dari MBTI kebetulan]. Saya sangat setuju dengan pemikiran Liam, atau mungkin penulis dalam hal ini. Hidup merupakan hal yang ugly, but in the same time wonderful, guys. Setiap luka dalam hidup membuat kita semua belajar untuk mencintai diri sendiri. Apakah mudah melakukannya? Jelas tidak, sangat tidak. Hal ini yang membuat manusia itu indah.

Nah, ketika pemikiran Liam berubah, Liam juga ingin agar pemikiran Rory berubah, supaya mereka bersama-sama bangun dari kubangan luka itu. Ini merupakan respon alami dari orang-orang seperti Liam. Ketika kita mengalami kebahagiaan dan perasaan yang meluap, seringkali kita ingin membagikan energi itu ke orang-orang yang kita cintai. Hal ini mungkin tidak terlalu terlihat, tetapi penulis mampu melakukannya dengan smooth. Good job! 

Gaya penulisan Winna sudah tidak perlu diragukan lagi. Rapi, mudah dipahami, dengan bahasa baku yang nyaman dibaca. Seting tempatnya di Sydney, dan penulis tampaknya sudah tidak asing dengan negara ini, sehingga saya pun merasa berada dalam tempat asing tersebut. Saya menyukai bagaimana penulis menggambarkan tempat-tempat unik di Sydney dan iklimnya, seperti daerah pantai. Ini sangat realistis karena kepadatan penduduk Australian berada di daerah pesisir pantai dengan nuansa tropis. Sayangnya, diantara sisi positif penulisan, moral, dan tokoh, saya kurang sreg dengan lambannya alur konflik karena terlalu lama tenggelam dalam pemikiran tokoh yang cenderung diulang-ulang. Walaupun begitu, hal ini tidak membuat saya menyerah untuk membaca buku ini hingga selesai. 

Sasaran pembaca yang cocok dengan cerita ini adalah wanita yang berada pada usia adult atau yang gemar melakukan pemikiran-pemikiran dalam mengenai kehidupan [biasanya di MBTI itu tipe xNFx]. Ada beberapa istilah bahasa Indonesia yang mungkin jarang didengar, ini mungkin sulit diikuti oleh pembaca yang kurang suka bahasa baku. Untuk cerita ini saya berikan bintang 3/5.

Semoga infonya bermanfaat, selamat membaca 😃
ᐯᗩᑭ

Komentar