Coping Your Loneliness

man sitting beside woman at bench

Sebulan lalu saya merasa sangat kesepian. Hal ini sebenarnya jarang saya alami karena saya termasuk orang yang menikmati waktu sendiri. Perasaan sepi ini muncul mungkin karena proses self-distancing yang dilakukan kurang lebih selama empat bulan. Ditambah, saya sedang menganggur dan menunggu, muncullah perasaan insecure. Untungnya permasalahan ini bisa ditanggulangi karena ada seseorang yang mengingatkan saya untuk berinisiatif dalam menghubungi para social support systems saya, selain keluarga. 

via GIPHY

via GIPHY


Permasalahan kesepian menjadi salah satu luka pada psikologis yang banyak ditemukan pada manusia. Banyak orang yang mengalami kesepian walau dikelilingi oleh orang-orang. Kedekatan fisik tidak memungkiri munculnya kesepian karena lebarnya jarak emosional yang malah kita rasakan. Menurut Winch (2013), yang menentukan rasa kesepian kita bukanlah kuantitas hubungan, melainkan kualitasnya, sampai sejauh mana kita menganggap diri kita terasing, baik secara sosial maupun emosional. Kesepian itu terjadi karena persepsi kita sendiri. 
Makanya, penting bagi kita untuk memiliki hubungan dengan kualitas baik agar hidup kita bahagia dan memuaskan [hubungan positif merupakan prediktor kesejahteraan, Diener (2000)]. Masalahny, perasaan kesepian yang kuat dapat membahayakan kebahagiaan kita. Rasa kesepian juga mampu memengaruhi kesehatan kita secara fisik. Ia mampu mengubah fungsi sistem kardiovaskular, endokorin, dan bahkan sistem imunitas (Masi, C. M. dkk., 2011). Sifat lain dari kesepian yang berbahaya ialah bahwa kesepian itu menular (Winch, 2013).

Kesepian seringkali membuat kita bersikap sangat kritis terhadap diri sendiri serta orang-orang di sekitar sehingga membuat kita memiliki penilaian yang negatif terhadap hubungan yang dimiliki saat ini. Mereka yang kesepian juga berusaha untuk menyembunyikan diri sehingga menurunkan kualitas dan kuantitas koneksi yang dimiliki. Winch menyebutkan beberapa luka psikologis yang disebabkan oleh kesepian.

1. Kesalahan persepsi yang menyakitkan
Tidak banyak orang yang mampu mengungkapkan perasaan sepi. Kesepian memiliki stigma negatif sehingga membuat para korban merasa malu untuk mengakui. Banyak korban yang akhirnya menyalahkan diri sendiri karena merasa kesepian. Mereka akan cenderung mengkritisi secara berlebihan dan timbul persepsi-persepsi yang salah mengenai dirinya. Persepsi yang salah tidak hanya berhenti di diri sendiri, tetapi juga terhadap orang lain, dan tentang hubungan yang dibangunnya. Akhirnya, semua persepsi negatif ini hanya menjadi lingkaran setan. 
2. Ramalan yang menjatuhkan diri sendiri
Periode kesepian biasa muncul dalam masa transisi dan perubahan seseorang, misalnya lingkungan kerja baru. Beberapa orang berhasil beradaptasi dalam mengatasi kesepiannya namun tatkala kita temukan kesepian terlalu kuat untuk diatasi hingga melampaui masa transisi perubahan yang normal. Kita terjebak dalam kesepian, merasa tidak berdaya karena perasaan sakit emosional, dikalahkan perasaan tidak berharga dan putus asa [have been here before], dan merasa terasing. Ini terjadi karena diawali persepsi yang menyakitkan dan mengarah pada pandangan akan masa depan kita. Kita memandang bahwa dimasa depan bahwa kesepian ini tidak bisa pergi. Semakin lama kita mengalami kesepian, semakin sulit untuk mengubah persepsi dan perilaku yang membuat lingkaran setan (menyalahkan diri sendiri - merasa tidak pantas - menjauhi orang-orang yang berusaha mendekati kita - lingkungan akhirnya menjauhi - menyalahkan diri sendiri).
3. Otot hubungan yang terhenti 
Winch memang suka menggunakan bahasa yang unik, "otot". Kemampuan kita dalam berelasi layaknya otot, harus sering dilatih. Otot-otot yang dimaksud dalam konteks hubungan ini adalah seperti empati dan kemampuan berkomunikasi. Masalahnya, kita seringkali tidak menyadari ketika otot yang kita miliki melemah. Makanya, semua ini harus dilatih dengan baik dan sesuai kadarnya. 

Winch memberikan kita cara-cara untuk menangani luka-luka emosional akibat kesepian. Ia memberikan enam strategi, yaitu menyingkirkan kacamata yang diwarnai pikiran negatif, mengenali perilaku yang membuat diri sendiri akhirnya kalah, menggunakan perspektif orang lain, mempererat ikatan emosional, menciptakan peluang untuk menjalin hubungan sosial, dan mengadopsi teman baik. Melalui tulisan ini saya akan membahas cara penanganan luka oleh Winch, yaitu mempererat ikatan emosional [kalau mau tahu strategi-strategi yang lain, baca bukunya].

Kemampuan yang dibutuhkan untuk mempererat ikatan emosional ialah empati. Empati menuntut kita untuk masuk ke dalam kondisi yang dialami orang lain agar dapat memahami pengalaman emosional mereka, lalu menyampaikan pemahaman kita secara meyakinkan. Hal ini tidak mudah dilakukan. Kami, para psikolog [amin!], selalu melatih kompetensi ini. Winch memberikan pelatihan singkat yang menurut saya sangat mudah dipahami.
Pertama, bayangkanlah diri kita dalam situasi mereka, bukan hanya sekejap, tetapi hingga kita dapat mengolah emosi kita untuk menunjukkan perasaan mereka. Kedua ketahui latar belakang kemampuan/kekuarangan mereka dan konteks permasalahan yang mereka hadapi saat itu. Lakukan antisipasi terhadap perilaku mereka dimasa lalu dan yang akan mereka lakukan di masa depan. Ketiga, ekspresikan emosi kita sesuai dengan yang kita rasakan. Jangan berlebihan tetapi tulus apa adanya.
Lakukan latihan ini dengan lengkap dan sesering mungkin. Jangan putus asa jika gagal. Meningkatkan kemampuan ini dapat memperkuat otot-otot relasi yang lemah, meningkatkan interaksi sosial, serta memperbaiki hubungan.

Semoga infonya bermanfaat dan selamat merenung 😃
ᐯᗩᑭ

Referensi:

Komentar