Pengobatan Terhadap Penolakan

woman wearing blue V-neck short-sleeved top
Akhir-akhir ini saya sedang membaca buku Emotional First Aid oleh Guy Winch. Buku ini cukup populer, masuk kategori best seller, dan telah diterjemahkan ke dalam 21 bahasa [walau rating goodreads tidak terlalu memuaskan]. Saya menyukai kover dan sistematika bab pembahasan mengenai bentuk-bentuk luka emosional. Tentu saja, semua ini memiliki landasan teori yang cukup terpercaya berdasarkan jurnal dan penelitian. 
Sebelumnya saya tidak pernah mengira bahwa luka emosional bisa dibagi-bagi berdasarkan golongan tertentu karena di psikologi kami tidak membaginya. Kami biasanya lebih sering menggunakan dasar teori mazhab psikologi. Melalui buku ini, Winch menerjemahkan luka-luka emosional dari dasar-dasar teori mazhab psikologi untuk lebih dipahami oleh kalayak umum. Ia juga menggunakan contoh kasus klien yang ditanganinya. 

Winch membahas tujuh luka psikologis yang biasa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari,
Penolakan, kesepian, rasa kehilangan dan trauma, rasa bersalah, ruminasi, kegagalan, dan rasa rendah diri
Banyak dari kita mungkin merasakan semua luka tersebut, dan Winch membantu kita dengan memberikan langkah-langkah pertolongan pertama yang dapat digunakan untuk mengatasi luka ini. Saya rasa ini penting untuk disebarluaskan, dan saya akan membahas luka tersebut secara satu persatu, dimulai dengan penolakan.

Winch mengungkapkan bahwa penolakan merupakan luka yang paling mudah dirasakan dan sering dialami oleh banyak orang, dari perihal yang sederhana hingga sulit. Saya adalah orang yang suka menolak pemberian orang lain karena tidak terbiasa menerima sesuatu dari orang lain. Saya juga bukan orang yang terbiasa memberi sesuatu kepada orang lain. Hingga suatu saat, pemberian saya ditolak. Padahal, bentuk pemberian saya hanyalah snack. Pengalaman ini cukup membuat saya tersentil. Terkesan berlebihan memang [saya lupa apakah saat itu saya sedang sensitif], tetapi membuat perubahan terhadap diri saya. 
Penolakan, walaupun dalam bentuk kecil, bisa memberikan goresan terhadap perasaan kita. Menurut Ginch, penolakan dapat menyebabkan, setidaknya empat luka psikologis yang berbeda. 
Pertama, mampu menimbulkan sakit emosional. Ini berkaitan dengan evolusi manusia sebagai makhluk sosial. Pengasingan dari kelompok kita membuat manusia merasa tidak mampu survive. Kedua, menimbulkan kemarahan dan serangan kepada subjek/objek yang tidak bersalah sebagai pelampiasan [displacement]. Ketiga, mengalami rendahnya rasa percaya diri [self-esteem], dan keempat, mengancam terpenuhinya kebutuhan kita menjadi bagian dari kelompok sosial. 


Emotional First Aid: Practical Strategies for Treating Failure, Rejection, Guilt, and Other Everyday Psychological Injuries

Lalu bagaimana cara mengatasinya. Ada empat penanganan yang dipaparkan oleh Ginch dan saya hanya memberikan informasi mengenai satu penanganan saja [kalau mau lebih tahu, baca bukunya saja, sudah tersedia di Indonesia dengan judul Pertolongan Pertama pada Emosi Anda], yaitu berdebat dengan kritik terhadap diri sendiri.
Seringkali ketika mengalami penolakan, yang kita lakukan pertama kali ada mengkiritik perilaku diri dan melihat hal apa yang kurang dari diri sendiri. Padahal, jika ditelaah lebih dalam, banyak faktor yang mempengaruhi seseorang bersikap "menolak". Semakin kita mencari kesalahan, luka yang kita rasakan hanya semakin besar. Akan lebih baik jika kita mengevaluasi peran kita dalam pengalaman penolakan, dibandingkan mengkritik kekurangan (fisik, karakter, penampilan, dll) kita. 

Bentuk latihan:
1. Buat daftar secara tertulis setiap pikiran negatif atau yang bersifat kritik terhadap diri yang muncul dalam pikiran kita mengenai penolakan yang dialami
2. Lakukan "kontra argumen" atau bantahan terhadap setiap daftar tersebut. Kontra argumen tersebut bisa lebih dari satu, jika diperlukan
3. Setiap kali pemikiran untuk mengkritik diri sendiri muncul, pastikan untuk mengungkapkan kontra argumen secara langsung, utuh, dan jelas dalam benak kita.

Contoh,
Daftar: saya ditolak karena saya tidak cantik
Kontra argumen: cantik itu sifatnya relatif dan subjektif. Setiap orang punya selera berbeda mengenai cantik.
Lakukan setiap kali mengalami penolakan dan ulangi bila perlu kapan pun pemikiran untuk mengkritik diri muncul.

Ginch, mengungkapkan bahwa penanganan ini selain menangani luka emosional, mampu memperkecil jatuhnya rasa percaya diri. Efek lainnya adalah mampu mengurangi perasaan marah dan dorongan agresi (pelampiasan).

Semoga infonya bermanfaat dan selamat merenung 😃
ᐯᗩᑭ

Komentar