Growing Faith

white flower on snow covered ground during daytime

Iman bukanlah langkah tanpa arah. Ia merupakan langkah pasti berdasarkan bukti yang sempurna. Terbentuknya iman tidak terjadi begitu saja. Ia terbentuk dari perjalanan hidup kita. 

Menjadi seorang Kristen merupakan pengalaman yang menakjubkan. Hal ini seharusnya dirasakan oleh semua orang Kristen. Paulus mengungkapkannya pada 2 Korintus 5:17,
Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru; yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang
Hal apa yang membuat orang menjadi Kristen?
Ada yang mengungkapkan bahwa karena ia percaya pada Tuhan. Ada juga yang karena terlahir di keluarga Kristen. Tetapi. Banyak orang yang tidak beragama percaya adanya Tuhan, tetapi ia bukan Kristen. Seharusnya bukan itu alasan seseorang menjadi pengikut Kristus. Pengikut Kristus adalah yang memiliki hubungan dengan Tuhan melalui diri Yesus. 

Apa sih iman itu?
Setiap orang memiliki perjalanan iman yang berbeda. Ayah saya, mengalami hidup baru ketika ia mengalami sakit yang parah. Ibu saya, mengalami hidup baru saat merasa sangat sedih karena ditinggalkan oleh kedua orangtua yang dicintainya. Saya, mengalami hidup baru ketika saya harus berjuang menyelesaikan tesis dan bertemu dengan salah satu komunitas Kristen, Alpha. Secara pribadi, saya masih terus berusaha untuk memperbaharui hidup saya. 
Mungkin banyak orang juga tidak mengetahui kapan tepatnya waktu diri mereka mengalami hidup baru. Itu tidak penting, yang penting adalah kita tahu bahwa sekarang kita adalah orang Kristen.
Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya (Yohanes 1:12)
Rasul Yohanes mendeskripsikan ayat 12 dari kitab Yohanes 1 (bahwa kalimat tersebut merupakan bentuk hubungan kasih yang sangat akrab. Hubungan seperti orangtua-anak, sepasang kekasih, atau persahabatan. Selain itu, rasul Yohanes mengungkapkan bahwa,
Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal (1 Yohanes 5:13)
Hal-hal diataslah yang menyadarkan kita memiliki iman, kita tahu bahwa kita seorang Kristen, memahami bahwa kita memiliki hubungan dengan Allah, dan tahu bahwa kita memiliki hidup yang kekal. 

Lalu, apa dasar dari iman percaya kita ini?
Semuanya tidak terjadi begitu saja atau berdasarkan perasaan. Ada bukti dan fakta yang menyertakan. Alkitab, Firman Tuhan, pengetahuan kita akan Tuhan yang didasari oleh janji-janjinya merupakan bukti tersebut. Iman datang dari apa yang kita dengar (lihat, alami) melalui Firman Tuhan (Roma 10:17). Kita yakin bahwa apa yang dituliskan dalam Alkitab adalah benar. Alkitab adalah jalan untuk berinteraksi dengan Tuhan. 
Salah satu janji yang Yesus berikan adalah dalam Wahyu 3:20
Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, aku akan masuk mendapatkannya dan aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku
Ini mengungkapkan bahwa kita harus sadar dan berkehendak untuk membuka pintu itu. Yesus memberikan kita pilihan, apakah kita mendiamkan-Nya atau bersedia membuka mata, hati, pikiran kita untuk menyambut-Nya. Jika kita memutuskan untuk membuka, Yesus akan (langsung) masuk dan merengkuh kita. 
Pada ayat Wahyu diatas, dalam bahasa Inggris, kata akan adalah will. Kata akan dalam bahasa inggris dapat diterjemahkan dua, will atau going to. Will sifatnya lebih spontan, sedangkan going to  terencana. Jadi, Yesus tidak lagi memikirkan perencanaan atau berpikir untuk masuk atau tidak. Yesus secara spontan akan langsung, saat ini hingga selamanya. 

Beberapa orang mungkin takut untuk memulai menjalani hidup kudus. Mereka merasa bahwa banyak hal yang harus disortir terlebih dahulu, melakukan kebaikan baru datang kepada Tuhan. Pertanyaannya, apakah Tuhan hanya menerima hal-hal yang baik saja dari kita? Tentu saja tidak. TUHAN MENERIMA KITA APA ADANYA. Tidak penting apa yang telah kita lakukan atau yang ingin kita capai, semua ini tentang apa yang dilakukan Yesus diatas kayu salib bagi kita. Yesus yang bersedia menanggung dosa kita, apakah mungkin akan menerima kita hanya berdasarkan yang baik saja. Pernyataan ini menjadi tidak masuk akal, bukan? Yesus sudah tahu segala brobok  kita dan pengampunan yang diberikannya adalah cuma-cuma. 
Sebab upah dosa adalah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. 
Kita menerima karunia ini melalui pertobatan dan iman. Pertobatan mengubah pemikiran dan menjauhkan hal-hal buruk dari hidup kita, iman berarti meletakkan keyakinan dalam Yesus. Menerima Yesus tidak membuat jati diri kita berbeda, saya tetaplah saya dengan segala apa yang ada dalam diri saya, dan kamu adalah kamu dengan segala apa yang ada dalam dirimu. Menerima Yesus berarti menerima siapa diri kita dan membentuknya menjadi pribadi yang Tuhan mau. 
Setiap kita memiliki komponen-komponen dasar dari kepribadian (emosi, energi, kognitif, kecerdasan, bentuk fisik). Komponen-komponen ini bisa kita modifikasi sedemikan rupa sehingga dapat berbentuk menjadi pribadi yang Tuhan mau. Ini tidak mengubah jati diri dan mengubah siapa kita, tetapi kita membentuk kepribadian kita menjadi lebih baik dengan semua komponen dasar kerpibadian yang ada. Melalui Tuhan, kita dapat memodifikasi tujuan kita, menemukan makna, dan pengharapan. 

Sekarang, apakah kita tahu kalau kita sudah Kristen?
Jawabannya adalah karena pengalaman hidup yang pernah dilalui. Pengalaman hidup yang dilalui bersama-sama dengan Roh Kudus. Roh ini datang dari Yesus dan hidup dalam diri kita. Kita tidak dapat melihat-Nya tetapi kita dapat merasakan-Nya, kita merasakan dampak dan kuasa dari Roh Kudus. 
Banyak dari kita yang takut akan perubahan, termasuk perubahan untuk menjalani tugas Kristen. Tetapi, perubahan yang kita (akan) lakukan adalah baik. Menjadi Kristen bukan berarti kita lebih baik daripada orang lain, tetapi menjadi lebih baik dari sebelumnya. Roh Kudus memperbaiki hubungan kita dengan Tuhan, dan hubungan kita dengan sesama. 
Roh Kudus dalam hidup kita juga memberikan pengalaman subjektif. Kita merasakan pengalaman hubungan yang sangat dekat dengan Tuhan (seperti sahabat atau orangtua-anak). Kita merasakan rengkuhan-Nya, cinta kasih-Nya, dan kita tahu bahwa we loved

Bagaimana cara memelihara iman kita?
1) Terus belajar untuk percaya pada janji-janji Tuhan yang ada. Semua itu ada dalam Alkitab dan kita harus terus mendalami Alkitab. 
2) Percaya bahwa Yesus mencintai kita dan menerima kita apa adanya. Percaya bahwa kaya Kristus di kayu salib merupakan bukti cinta kasih-Nya pada kita
3) Rasakan dan lakukan pengalaman-pengalaman Roh Kudus yang ada dalam kita 

Semoga infonya bermanfaat dan selamat merenung 😃
ᐯᗩᑭ

Komentar