Review Buku : Second Chance oleh Flara Deviana

Second Chance
(Cr: goodreads.com)


Judul: Second Chance
Penulis: Flara Deviana
Genre: Romansa 
Jumlah halaman: 296 hal
Tahun terbit: 2020
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ISBN 9786020636313 
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Hutang sepertinya tidak akan pernah pergi dari kehidupan Flavia. Hutang membuat Flavia harus rela meninggalkan bangku kuliahnya walaupun Flavia merupakan gadis yang rajin dan senang belajar. Untuk melunasinya, ia bekerja di banyak tempat. Sahabatnya, Dela, merasa kasihan dan menawarkan pekerjaan sebagai pengasuh anak kembar berusia 4 tahun dari seorang duda sekaligus sahabat atasnnya. Gaji yang ditawarkannya pun tidak kecil. Dengan pertimbangan mengurangi frekuensi bekerja di banyak tempat dan gaji baru yang ternyata melebihi penghasilannya sebulan, Flavia menerima pekerjaan tersebut. 
Saat pertama kali melihat interaksi sang Duda Raynaldi dan si Kembar, Flavia merasa aneh. Sikap Raynaldi dingin dan terkesan menjaga jarak dengan si Kembar. Raynaldi hanya memprioritaskan pekerjaannya sebagai pengacara dibandingkan memberikan perhatian dan kasih sayang pada si Kembar. Sebagai seorang guru day care, Flavia merasa marah karena perilaku Raynaldi tersebut. Ia merasa sebagai orangtua, sudah sepantasnya Raynaldi memprioritaskan si Kembar. Flavia berusaha menyatukan hubungan ayah dan anak ini. Awalnya Raynaldi menentang intensi Flavia, namun karena hatinya yang sudah tertarik kepada Flavia sejak lama, ia berusaha menjadi ayah yang baik. 
Ternyata, perilaku dingin Raynaldi terhadap si Kembar memiliki alasan tersendiri. Alasan ini juga yang membuat hubungannya dengan Flavia menjadi penuh konflik. Flavia sendiri keberatan untuk melanjutkan hubungan jika Raynaldi tidak mampu menyelesaikan permasalahannya. Bagaimana akhir hubungan mereka? Tidak ada yang tahu, hanya Raynaldi yang dapat menentukannya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Sebenarnya, saya sudah pernah baca versi Wattpadnya, walaupun tidak selesai. Saya agak kaget karena ternyata dalam bentuk bukunya cukup banyak rombakan. Buku ini penuh dengan konflik dari kedua tokoh utama dan saya menyukai bagaimana konflik tersebut berjalan dan saling berhubungan. Saya suka bagaimana penulis memasukkan adegan-adegan yang menggambarkan kepolosan anak kecil dalam bersikap dan bagaimana rapuhnya anak pada usia 1-5 tahun [ini berdasarkan teori perkembangannya Freud yaa]. Penggambaran tokoh lainnya adalah tokoh utama pria [Pria bertato, pengacara, tinggi, ganteng! Pria kayak gini nih yang bikin saya deg-degan ngga jelas]. Penulis menggambarkan bahwa kedua tokoh utama memiliki permasalahan yang membuat hubungan mereka tidak berjalan lancar. Kalau sudut pandang saya, akar masalahnya adalah dari pihak Raynaldi. Hubungannya dengan si Kembar sudah menjadi masalah utama. Ketika kita tidak memiliki rasa percaya pada seseorang, kita akan mudah menggeneralisasikan rasa tersebut pada semua orang. Saya sangat setuju dengan perkataan Flavia:
Lalu membiarkan mereka (si kembar) kesepian di umur keemasan begitu?
Ini adalah masalah yang seringkali tidak disadari oleh orangtua jaman sekarang. Saya rasa buku ini bisa menjadi pesan moral bagi orangtua muda yang bekerja. Se-lelah apapun para orangtua, luangkanlah waktu untuk anak. Makna kehadiran orangtua disamping anak sangatlah penting.

Intermezzo psikologi : Pada usia si Kembar, anak sangat membutuhkan kasih sayang dan perhatian orangtua. Mereka sensitif dan bisa memahami emosi/bahasa tubuh dari pengasuh/orangtuanya. Mereka juga akan meniru perilaku orangtuanya/orang signifikan. Pertumbuhan rasa percaya terhadap orang lain, percaya diri, dan kemampuan berinisiatif juga pada usia 0-6 tahun [Tahap Perkembangan Psikososial Erik Erikson]. Bisa dibayangkan, jikalau anak-anak diberikan jarak dan selalu dihindari oleh orangtuanya sendiri. Kemungkinan besar mereka menjadi seorang anak yang tidak percaya diri, tidak percaya pada lingkungan, dan sering merasa bersalah.

Narasi yang digunakan adalah sudut pandang orang ketiga oleh Flavia dan Raynaldi. Jadi ada pergantian pada tiap bab oleh kedua tokoh utama. Tokoh Flavia dicirikan dengan sebutan aku untuk menyebut dirinya, sedangkan Raynaldi gue [saya pribadi, tidak terlalu senang penggunaan sebutan ini dalam narasi]. Penggunaan kalimatnya semi baku dan masih menggunakan EYD yang nyaman untuk dibaca. Seting waktu dan tempatnya sesuai dengan masa kini dan berlatarbelakangkan kesibukan pekerjaan Flavia dan Raynaldi. Hal ini juga yang saya sukai dari penulis karena membuat Flavia selalu sibuk dalam hampir setiap seting [mengerjakan rancangan belajar, menyiapkan soal-soal latihan, memasak, dll]. Alurnya tidak bertele-tele dan penyelesaian masalah pun sangat baik [dan mudah ditebak juga]. Konfliknya cukup berat sehingga cocok dibaca pada pembaca perempuan usia remaja akhir ke atas. Ada beberapa hal yang kurang sreg menurut saya. Pertama adalah prolog yang kurang berkesan dan pemikiran Flavia yang cukup membuat saya kurang setuju:
Ah, ini enaknya jadi anak kecil. Tidak peduli seberapa mengganggu perilaku sang ayah, mereka akan mudah melupakannya dengan hal-hal menyenangkan yang sederhana
Sebenarnya si Kembar tidak melupakan karena toh kemampuan si Kembar dalam mengingat kata-kata Raynaldi merupakan salah satu topik besar dalam buku ini. Di dalam buku diceritakan Si Kembar tidak melupakan kata-kata Raynaldi bahwa mama mereka hilang untuk selamanya sehingga mereka seringkali tantrum ketika kehilangan benda/orang. Jadi agak berkontradiksi. Walaupun begitu, secara keseluruhan ceritanya menarik dan sangat memberikan pesan moral sehingga saya memberi bintang 4/5.

Hayo dibaca, recommended :)
ᐯᗩᑭ

Komentar