Annoyingly Misconceptions #2 : Introvert vs. Extrovert



Kali ini, saya akan mengisi konsep Annoyingly Misconceptions dengan topik Extrovert-Introvert. Istilah ini pasti sudah tidak asing lagi di telinga kita. Klien saya seringkali mengungkapkan dirinya atau menggambarkan orang-orang disekitarnya dengan memberi label kedua istilah ini. Sayangnya, pemberian label extrovert dan introvert sepertinya memiliki derajat preferensi tertentu pada beberapa orang. Banyak yang menilai bahwa extrovert memiliki kebaikan (nilai positif), sedangkan introvert  malah sebaliknya. Beberapa klien saya, yang merupakan orangtua, ingin anaknya yang introvert menjadi seorang ekstrovert. Tentu saja, kepribadian seseorang tidak bisa diubah [mengubah kepribadian berarti kita mengganti orang]. 

Coba kita pahami bersama apa itu extrovert atau introvert. Dalam Cambridge Dictionary [kenapa ngga pake KBBI? Karena ekstrover dan introver memiliki fungsi yang berbeda. Ekstrover merupakan kata nomina (n) dan introver kata adjektiva (a)]

Extrovert  (n) an energetic person who enjoys being with other people, sedangkan introvert (n) someone who is shyquiet, and prefers to spend time alone rather than often being with other people.

Kalau diterjemahkan kira-kira artinya ekstrover merupakan seorang yang energik dan senang dikelilingi banyak orang. Sedangkan, introver adalah seorang yang pemalu, pendiam, dan lebih senang menghabiskan waktunya sendiri dibandingkan bersama orang lain. Jika dilihat sepintas dari kalimat ini memang tampaknya ekstrover memiliki kelebihan dibandingkan introver. Tetapi jika kita pikirkan lebih mendalam: apakah salah jika lebih senang menghabiskan waktunya sendiri dibandingkan bersama orang lain? Apakah salah jika mereka seorang yang kalem dan pemalu? Apa hal ini membuat introvert menjadi seorang yang tidak bersosialisasi? Jawabannya adalah tidak. Orang introver mungkin tidak memiliki teman sebanyak ekstrover, tetapi hubungan pertemanan mereka lebih berkualitas dan tahan lama [udah kayak slogan panci]. Orang introver mungkin pendiam, karena lebih senang melakukan observasi. 
Sulitnya Jadi Sosok Introvert — Steemit

Istilah ekstrover dan introver saya kenal dari teori Carl Jung. Ia mengenalkan beberapa tipe psikologis yang berkembang dari gabungan dua sikap dasar dan empat fungsi yang terpisah. Nah, sikap dasar itu merupakan sikap dalam merespon dunia (lingkungan), yaitu ekstroversi dan introversi. Menurut Jung, setiap orang memiliki kedua sikap tersebut, hanya saja salah satunya berada di alam sadar, dan yang lainnya di alam bawah sadar. Ia mengungkapkan bahwa tidak ada orang yang murni ekstroversi/introversi, mereka seperti berada pada dua kutub berbeda pada garis yang sama (contoh:80% ekstroversi, 20% introversi). Orang yang didominasi ekstroversi, dorongan dalam bertingkah laku berasal dari lingkungan, sedangkan introversi dorongan untuk bertingkah laku berasal dari dalam dirinya. Energi ekstroversi berasal dari lingkungan sedangkan introversi dari dalam dirinya. 
Beberapa gambar dibawah ini merupakan contoh tingkah laku ektroversi dan introversi.



Extrovert             Introvert

Orang yang sehat secara psikologis diyakini mampu mencapai keseimbangan di dua sikap ini, merasa nyaman pada sisi internal (intraversi) dan sisi eksternal (ekstraversi). Alat tes yang digunakan dan cukup terkenal adalah MBTI. Ada salah satu website yang membuat kuesioner berdasarkan komponen-komponen MBTI, yaitu 16 Personalities (it's excited). 

Secara keseluruhan, tidak ada baik-buruk dari dua sikap diatas (ekstroversi-introversi). Tipe psikologis ini digunakan untuk membantu kita menentukan kondisi lingkungan seperti apa yang paling sesuai dan mendukung agar kompetensi dapat berkembang secara optimal. Misalnya, seseorang yang memiliki preference ekstroversi akan lebih cocok bekerja dalam bidang sales, sedangkan introversi cocok dalam bidang penelitian. 
Mari hilangkan kebiasaan memberi label negatif pada suatu tipe karakteristik seseorang tanpa memahami maknanya.

Semoga info-nya bermanfaat, selamat merenung 😃
ᐯᗩᑭ

Komentar