Let's Talk About Love

Midsection of Woman Making Heart Shape With Hands
(Photo by Pixabay from Pexels)

I love you  atau "aku mencintaimu" dalam bahasa Indonesia, mudah sekali diucapkan oleh sebagian besar orang tanpa tahu makna dari kata cinta. Beberapa orang merasakan cinta, namun mengungkapkan merasakan kehilangan rasa tersebut ditengah pernikahannya. Alasan ini, tatkala menjadi penyebab perceraian. 

Apakah cinta dapat pudar? Ya, berdasarkan penelitian yang ada mengungkapkan hal tersebut. Ini salah satu artikelnya yang sederhana dan bisa dibaca, "The Truth About How Long Love Actually Lasts" oleh John Alex Clark dan "Where Has the Love Gone?" oleh Vijayeta Sinh Ph.D. Disisi lain, cinta juga ternyata bisa bertahan lama guys. Kita bisa baca artikel "Can Romantic Love Last Forever?" oleh Samantha Smithstein Psy.D. Kalau kita baca lebih dalam lagi, Samantha mengungkapkan adanya perbedaan romantic love dan passionate love. Dimana romantic love akan lebih bertahan lama dibandingkan passionate love [kalau tertarik teori penelitian ini kita bisa baca penelitian Bianca P. Acevedo dan Arthur Aron mengenai Does a long-term relationship kill romantic love?].

Intinya, cinta bisa bertahan lama atau juga bisa hilang. Ini semua bergantung pada pilihan kita sebagai manusia. Tetap mencintai atau berhenti mencintai. 

Banyak teori psikologi yang berbicara mengenai cinta. Disini, saya akan menjelaskan teori Love Triangle oleh Sternberg. Menurutnya pengalaman akan cinta dibangun oleh tiga komponen emosi :
... passion, intimacy, and commitment

Passion digambarkan sebagai respon emosi yang intens pada orang lain atau jenis cinta eros. Tipe cinta ini membuat kita mengalami pengalaman cinta yang sangat menggebu-gebu, menarik kita (fokus) terhadap orang yang kita anggap menarik dan berkeinginan untuk menarik perhatian mereka (menjadi satu-satunya orang yang diperhatikan mereka secara eksklusif). Jika terlalu berlebihan, rasa ini mungkin dapat memunculkan rasa obsesi terhadap orang yang dicintai. 
Intimacy merupakan kehangatan, kedekatan, dan sharing of self (berbagi diri dengan orang lain) dalam relasi. Hal ini berkaitan dengan bagaimana kita merasa nyaman dengan orang yang kita cintai dan dapat terbuka dengan orag tersebut. 
Commitment merupakan keputusan dalam mempertahakan hubungan tersebut. Disini, keyakinan dan prinsip hidup kita memengaruhi cinta tersebut. Bagaimana komitmen kita terhadap hubungan ini, mau bertahan hingga seumur hidup atau tidak. 

 
What Is Love? 

Berdasarkan ketiga komponen tersebut, tiga tipe singular love dapat tergambar, yaitu infatuation jika kita hanya merasakan passion, liking jika kita hanya merasakan intimacy, atau empty love jika kita hanya merasakan commitment. Kalau di-combine dua komponen juga bisa menjadi romantic love (intimacy + passion), fatuous love (passion + commitment), atau  companionate love (commitment + intimacy). Sedangkan, banyak orang yang berharap mereka memiliki combine dari ketiga komponen, yaitu jenis consummate love. Nah, kalau mau coba sejauh mana cinta kamu ke dia, kalian bisa mengisi kuesioner STLS.

Stenberg mengungkapkan bahwa ketiga komponen cinta ini dapat berprogres secara berbeda pada setiap tahap usia kehidupan. Pada awal hubungan, passion memiliki derajat yang tinggi dan dapat menurun seiring waktu. Dilain sisi, intimacy dapat meningkat dalam relasi. Commitment mungkin akan sangat rendah pada awal hubungan namun dapat meningkat hingga titik tertinggi dan tetap stabil. Banyak hubungan yang dimulai dari infatuation dan berakhir pada companionate love

Kekurangan dari teori ini adalah makna kata dari "mencintaimu" yang bisa diinterpretasi secara beragam. Sejauh mana kita tahu dia mencintai kita? Apakah infatuation, romantic love, atau sudah sampai companionate love? Kita tidak tahu. Yang penting adalah jalani saja hubungan kita dengan pasangan saat ini. Untuk yang mulai serius, jangan lupa harus memiliki commitment dalam hubungan tersebut.

Semoga informasinya bermanfaat. Selamat merenung 
ᐯᗩᑭ


Komentar